BAKTI SOSIAL. Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Nuku (HIPMIN) Tidore, Cabang Kota Makassar, foto bersama sejumlah warga setempat saat melakukan bhakti sosial, di Desa Gunung Silanu, Dusun Parang Bendrong, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, Ahad, 2 Maret 2014. (Foto: Nurkholis/LINTAS)
---------------
Masalah Pendidikan, Kesehatan, dan Keagamaan di Jeneponto
- Catatan dari Kegiatan Baksos Mahasiswa Nuku di Jeneponto
Oleh: Nurkholis
(Wartawan Tabloid LINTAS)
Puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Kota Makassar, yang tergabung dalam Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Nuku (HIPMIN) Tidore, Cabang Kota Makassar, melakukan bhakti sosial di Desa Gunung Silanu, Dusun Parang Bendrong, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 25 Februari - 2 Maret 2014.
Mereka terbagi dua kelompok dan juga datang dalam dua gelombang. Mereka berangkat ke Jeneponto dengan mengedepankan semangat, kekompakan, dan keikhlasan untuk mengabdi dan membantu masyarakat setempat.
Gelombang pertama panitia pelaksana kegiatan Baksos, tiba di lokasi kegiatan pada Selasa, 25 Februari 2014. Jarak yang ditempuh dari wilayah Kota Makassar sampai ke Desa Gunung Silanu, Dusun Parang Bendrong, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto ini terbilang cukup jauh, belum lagi akses jalan masuk ke dusun Parang Bendrong yang kurang memadai sehingga membuat panitia sedikit kelelahan.
Pada pukul 17.00 Wita, panitia Baksos pun tiba di Desa Gunung Silanu, Dusun Parang Bendrong, Sejenak mereka pun dipersilakan untuk menginap di rumah kepala dusun setempat, Bapak Saparuddin. Tidak beberapa lama kemudian istri dari Pak Saparuddin, menyediakan santapan malam untuk panitia baksos yang baru tiba. Setelah makan malam, seluruh panitia dengan segera mengambil tempat untuk istirahat dan akan melanjutkan agenda pada esok hari.
Rabu, 26 Februari 2014, setelah sarapan, para panitia pun segera beranjak ke sekolah SDN NO 252, Desa Gunung Silanu, Dusun Parang Bendrong, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto untuk melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Sesuai dengan agenda yang telah diatur panitia, dengan membawa mata pelajaran yang diberikan adalah Bahasa Indonesia dan matematika.
Sesampainya di sekolah, terlihat seorang guru, Saharuddin SPdI, yang sementara melakukan aktivitas belajar mengajar terhadap beberapa murid sementara berlangsung. Melihat beberapa panitia yang datang, Saharuddin pun sejenak memberhentikan proses belajar mengajarnya dan melakukan sedikit obrolan singkat dengan panitia yang datang ke sekolah.
"Memang di dusun kami ini proses belajar mengajarnya seperti ini, kendalanya terletak pada akses jalan yang kurang memadai, sementara itu jarak yang ditempuh oleh sebagian guru dari rumah mereka ke sekolah juga cukup jauh," ungkapnya.
Sebagian murid, lanjutnya, lebih memilih mengikuti orangtuanya untuk berkebun. Selain karena guru tidak setiap hari datang ke sekolah, juga karena animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya masih kurang.
Menurut Saharuddin, guru tidak setiap hari datang ke sekolah, karena perjalanan yang ditempuh dari rumah ke sekolah sangat jauh, ditambah lagi dengan akses jalan yang kurang memadai.
Ditanya tentang bagaimana nantinya dengan murid yang akan hadir di ujian akhir sekolah nanti, Saharuddin mengatakan, mereka para murid nanti ujianya di luar dusun dengan jumlah murid yang lebih banyak, tidak seperti yang dilihat saat ini.
Setelah diberikan sedikit penjelasan terkait aktivitas persekolahan di dusun Parang Benrong, Saharuddin pun mempersilahkan kepada para panitia untuk melakukan aktivitas mengajarnya. Ramdanu, selaku Koordinator Bidang Pendidikan memberikan mata pelajaran Alfabet dan dilanjutkan dengan mata pelajaran matematika yang dibawakan oleh Yusran SY Alam.
Menurut Ramdanu, kendala yang didapat dalam pengajaran adalah para murid tidak mengenal huruf sama sekali, maka mereka sedikit kesulitan dalam mengajari cara membaca.
"Tapi itu tidak menjadi masalah yang berarti buat kami, karena ini merupakan tanggung jawab buat kami juga, maka dengan segala upaya kami berupaya semaksimal-mungkin untuk terus mengasah kemampuan mereka dalam pengenalan huruf abjad," tutur Danu, sapaan akrab mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
Pukul 11.30 WIT kegiatan pengajaran pun dihentikan, para panitia beserta murid pun bergegas pulang ke rumah masing-masing, dan dilanjutkan dengan agenda selanjutnya selepas shalat magrib yaitu pengajaran baca Al-Qur'an untuk anak-anak yang dilakukan di masjid dusun setempat.
Kamis 27 Februari 2014, hari ketiga, panitia baksos kembali melakukan aktivitas belajar mengajar di sekolah, yang kembali dibawakan oleh Ramdanu dengan mata pelajaran yang diberikan adalah matematika. sore hari dilanjutkan dengan penanaman pohon di sepanjang jalan dusun Parang Bendrong.
Selain kegiatan dalam bidang pendidikan, panitia baksos juga melakukan kegiatan lain dalam bidang keagamaan, dan bidang kesehatan.
Jumat, 28 Februari 2014, kedatangan panitia Bakti Sosial (Baksos) gelombang kedua yang sebagian besar adalah mahasiswa jurusan kesehatan di Kota Makassar, tiba di Desa Gunung Silanu, Dusung Parang Bendrong, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.
Setelah makan malam yang disediakan oleh istri dari bapak kepala dusun, panitia gelombang pertama dan panitia gelombang kedua yang baru tiba dari Kota Makassar langsung melakukan evaluasi kembali terkait kendala-kendala yang dihadapi semenjak gelombang pertama tiba di lokasi dan menjalankan agenda yang sudah diatur.
Dalam rapat evaluasi tersebut, terungkap sejumlah data dan fakta, serta kendala-kendala yang dihadapi.
Sitti Hardiyanti sebagai kordinator kesehatan, mengatakan, kebanyakan pasien yang datang berobat mengalami gatal-gatal (kutu air), terutama anak-anak, sedangkan orang dewasa banyak terserang diare, sementara orang lanjut usia umumnya mengalami asam urat di bagian kaki.
"Sementara sedikit kendala yang dialami adalah kami kehabisan obat dan sedikit kesulitan dalam berkomunikasi, mengingat sebagian pasien yang datang berobat sangat sulit berbahasa Indonesia. Ditambah lagi dengan mereka yang sering mengkonsumsi mie instan atau makanan yang berbumbu lainnya," tutur mahasiswi Jurusan Farmasi, Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar.
Kordinator Bidang Keagamaan, Adi Rahmat Yahya, menyampaikan bahwa, kendala yang mereka alami adalah tidak adanya lampu penerangan listrik di masjid, padahal masjid tersebut digunakan sebagai tempat belajar mengaji pada malam hari.
"Kami hanya menggunakan pelita dari lampu kaleng minyak, sehingga anak-anak sedikit kesulitan dalam melihat huruf hija'iyah, apalagi anak-anak terbiasa dengan bahasa daerah setempat, sedangkan kami mengajarkannya dengan menggunakan bahasa Indonesia," ujar Adi, yang mahasiswa Jurusan Radiologi di Akademi Teknik Radiodiagnostik (ATRO) Muhammadiyah Makassar.
Setelah beberapa penuturan yang disampaikan oleh beberapa kordinator bidang masing-masing, M Ikbal Ahmad (mantan Ketua HIPMIN Makassar) yang juga salah satu dari empat orang yang mencetuskan kegiatan Baksos tersebut, mengatakan bahwa semua kendala yang dialami hendaknya tidak dijadikan sebagai suatu masalah besar yang membuat mereka patah semangat dalam bekerja.
"Justru karena kita ingin mengetahui dan membantu mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat itulah, sehingga kita mengadakan baksos di Desa Gunung Silanu, Dusun Parang Bendrong sebagai desa binaan," tutur Ikbal.
Alumni program studi Keperawatan Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar ini menyerukan agar teman-teman mahasiswa tetap semangat, tetap kompak, dan ikhkas dalam bekerja, serta berharap semoga ke depanya dusun tersebut terbebas dari buta aksara dan mendapatkan penanganan kesehatan yang layak dari pemerintah.
Ahad, 2 Maret 2014, kegiatan Baksos di Desa Gunung Silanu, Dusun Parang Bendrong, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, merupakan hari terakhir. Para mahasiswa pun berpamitan dengan warga yang hadir.
Mereka berharap bakti sosial yang mereka ilakukan dapat bermanfaat untuk masyarakat setempat dan segera mendapatkan perhatian dari pemerintah Kabupaten Jeneponto, terutama dari faktor jalan, pendidikan, dan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar