-----------
Rektor Unismuh di Mata Mantan Rektor
(Rahman Rahim di Mata Irwan Akib)
Suksesi Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar dari Dr Irwan Akib MPd, kepada Dr H Abdul Rahman Rahim SE MM, berlangsung aman, santun, damai, dan bermartabat, serta penuh suasana kekeluargaan. Tak ada gejolak, tidak ada protes, dan tanpa kegaduhan.
Suasana aman, damai, dan penuh suasana kekeluargaan itu sudah tercipta sejak proses pencalonan, pemilihan (28 Juni 2016), hingga pelantikan Rahman Rahim sebagai Rektor Unismuh Makassar pada 10 Agustus 2016.
Pada saat pemilihan rektor, seluruh 29 Anggota Senat Unismuh Makassar memasukkan nama Rahman Rahim sebagai calon pilihan (setiap Anggota Senat berhak memilih/menulis tiga nama). Itu artinya seluruh Anggota Senat memang menginginkan Rahman Rahim menjadi rektor.
Pemilihan rektor diikuti 16 calon sesuai usulan Panitia Pemilihan Rektor dan rekomendasi yang dikeluarkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel.
Hasil pemilihan, Rahman Rahim memperoleh 29 suara, menyusul Ir Abdurrahim Nanda MT (Wakil Rektor IV) dengan 16 suara, dan Ir Saleh Molla MM (Dekan Fakultas Pertanian) dengan 13 suara.
Calon lain yaitu Muhlis Madani (Dekan Fisipol, 6 suara), Mahmud Nuhung (Dekan FEB, 5 suara), Rusli Malli (dosen FAI , 4 suara), Andi Jam'an (Ketua Prodi S2 Manejemen, 3 suara), Hj Ruliaty (Direktur SDM Unismuh, 3 suara), Lukman Hakim (dosen Fisipol, 3 suara).
Selanjutnya, Budi Setiawati (Direktur AKSI Unismuh, 2 suara) Erwin Akib (Ketua Prodi Bahasa Inggris, 1 suara), Aida Aziz (dosen FKIP, 1 suara), Nursalam (Ketua Prodi Sosiologi, 1 suara), Abdul Rahim Rasak (Wakil Dekan I FAI, 0 suara), Andi Baetal Mukaddas (Ketua Prodi Seni Rupa FKIP, 0 suara), serta Agus Salim Harrang (Ketua Prodi Ekonomi Islam FEB, 0 suara).
Gaji Pertama Rp25 Ribu
Apa tanggapan mantan Rektor Unismuh, Irwan Akib, terhadap proses suksesi rektor dan bagaimana penilaiannya terhadap sosok Abdul Rahman Rahim sebagai suksesornya?
“Proses suksesi berjalan dengan lancer, penuh kekeluargaan, dan Senat Unismuh berhasil memilih tiga calon rektor dengan baik. Para anggota senat melalukan proses suksesi dengan elegan, cerdas, dan bermartabat,” katanya.
Irwan menyampaikan selamat kepada Rahman Rahim yang disebutnya sebagai “saudara seperjuangan saya”, yang selama ini bersama-sama dirinya membangunkan Unismuh dari mimpi indahnya.
“Selamat kepada bapak Dr H Abdul Rahman Rahim SE MM, atas amanah sebagai Rektor Unismuh Makassar periode 2016-2020, semoga ridha Allah senantiasa menyertai setiap langkah dan setiap denyut nadi beliau sehingga dapat mengemban amanah ini dengan baik, dalam mengantarkan Unismuh Makassar menuju ke titik kualitas yang tak terhingga, tak terbatas, menuju kualitas yang tak tertandingi,” tutur Irwan.
Di mata mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel, Abdul Rahman Rahim, bukanlah orang yang baru mengenal Unismuh Makassar.
Denyut nadi Unismuh Makassar, katanya, berada dalam satu tarikan nafas dengan Rahman Rahim yang memulai kariernya sebagai staf Tata Usaha, kemudian mendapat amanah sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi, lalu menjabat Wakil Dekan II, selanjutnya Wakil Dekan I.
“Setelah itu, Bapak Rahman Rahim diangkat menjadi Dekan Fakultas Ekonomi, sebelum menggantikan saya sebagai Wakil Rektor I, dan kini lagi-lagi menggantikan saya sebagai Rektor Unismuh Makassar,” papar Irwan.
Hal penting yang perlu dipahami, lanjutnya, Rahman Rahim bukan hadir setelah Unismuh seperti sekarang ini, melainkan menjadi bagian dari perjalanan panjang Unismuh Makassar, bahkan ketika baru saja dirinya berhasil meraih gelar sarjana.
Ketika itu, Rahman Rahim mendapat dua tawaran kerja, yaitu menjadi dosen pada salah satu PTS (perguruan tinggi swasta) yang cukup besar ketika itu, dan tawaran menjadi PNS (pegawai negeri sipil) di Depnaker (Departemen Tenaga Kerja).
“Kedua tawaran itu ditolaknya secara halus karena beliau terlanjur jatuh cinta dan sudah senafas dengan Unismuh Makassar, sehingga beliau tetap memilih berhikmad di Unismuh Makassar dengan status yang tidak jelas, karena tidak ada SK Yayasan atau Persyarikatan Muhammadiyah, dan pendapatan di bawah pas-pasan ketika itu, yakni hanya Rp25 ribu per bulan,” ungkap Irwan. (asnawin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar