Bila Quun dan Nuun menyatu maka jadilah
“Quun Faya Quun”
Subuh yang tenang menjadi tegang…
Subuh yang lelap berubah menjadi wilayah malapetaka
Air yang tenang mengalir tumpah bak tsunami, datang bersama angin....
(Andi Baetal Mukaddas Amas)
----------------
Situ Gintung
Karya: Andi Baetal Mukaddas Amas
Bila Quun dan Nuun menyatu maka jadilah
“Quun Faya Quun”
Subuh yang tenang menjadi tegang…
Subuh yang lelap berubah menjadi wilayah malapetaka
Air yang tenang mengalir tumpah bak tsunami, datang bersama angin
menembus ruang dan waktu
Gelombang begitu dahsyat, menghanyutkan segala asah
Di situ
Situ Gintung, bangunan-bangunan runtuh
Di situ
Situ Gintung, mayat-mayat tergantung
Di atas pohon dan tembok-tembok beton
Di situ
Situ Gintung
Mayat-mayat terkubur di bawah reruntuhan.
Di situ
Situ Gintung wajah-wajah yang tidur hanyut dibawa air berlumur
lumpur
Di situ
Situ Gintung
Bapak kehilangan anak…
Anak kehilangan Bapak…
Bapak kehilangan Ibu…
Ibu kehilangan Anak….
Anak kehilangan masa depan
Dan kita kehilangan saudara…
Situ Gintung berduka
Indonesia terluka
Bila Quun dan Nuun menyatu: “Quun Faya Quun”
Maka Jadilah
---------------
Biodata penulis:
Andi Baetal Mukaddas SPd MSn, lahir Bone, 19 Mei 1970, Pendidikan S2 ISI Surakarta 2003, Pekerjaan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa FKIP Unismuh Makassar, Alamat Jl. Sultan Alauddin No.259 Makassar. Pengalaman Organisasi: Ketua IMM Kota Makassar 1993- 1995, Pengurus Dewan Kesenian Sulawesi Selatan 2001, Ketua Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah Kota Makassar 2006-2010, Ketua Sanggar Seni Matahari Makassar 1993-Sekarang
Tabloid CERDAS, Makassar
No. 31, Vol IV, April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar