Kamis, 07 Juli 2011

Sudah 60 Guru Besar di Kopertis IX Sulawesi

GURU BESAR. Kopertis IX Sulawesi telah memiliki 60 Guru Besar dari berbagai bidang ilmu, termasuk 11 orang yang menerima Surat Keputusan Pengangkatan Guru Besar dari Mendiknas, pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2011, di halaman upacara Kantor Kopertis IX Sulawesi, Jl Bung km-9, Makassar, Senin, 2 Mei 2011. (Foto: Wahab/Humas Kopertis IX Sulawesi)




-------------------------



Sudah 60 Guru Besar di Kopertis IX Sulawesi

Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IX Sulawesi telah memiliki 60 Guru Besar (tidak termasuk yang sudah meninggal dunia dan yang sudah pensiun) dari berbagai bidang ilmu, termasuk 11 orang yang menerima Surat Keputusan Pengangkatan Guru Besar dari Mendiknas, pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2011, di halaman upacara Kantor Kopertis IX Sulawesi, Jl Bung km-9, Makassar, Senin, 2 Mei 2011.

Ke-11 Guru Besar baru tersebut adalah Prof Dr Mariana SE MSi (bidang ilmu ekonomi, dosen DPK pada STIEM Bongaya, Makassar), Prof Dr Syafiuddin MSi (pertanian, DPK Unismuh Makassar), Prof Dr Ir Andi Muhibuddin MP (pertanian, DPK Universitas 45, Makassar), Prof Dr H Achmad Gani SE MSi (ekonomi, DPK UMI Makassar), Prof Dr A Baso Amang SE MSi (ekonomi, DPK Universitas Indonesia Timur, Makassar).

Prof Dr Ir Zulkifli MM (pertanian, DPK Universitas Islam Makassar), Prof Dr Renny Mintje Sumarauw MSi (administrasi publik, DPK Universitas Kristen Tomohon, Sulawesi Utara), Prof Dr Said Sampara Salman SH MHum (ilmu hukum, dosen tetap yayasan UMI Makassar), Prof Dr Hj Masdar SE MSi (ekonomi, DTY UMI Makassar), Prof Dr Hj Jeni Kamase SE MSi (ekonomi, DTY UMI Makassar), dan Dr Johanis Ohotimur (teologia, DTY STTF Seminari Pineleng, Sulawesi Utara).

Kepada para Guru Besar baru tersebut, Koordinator Kopertis IX Sulawesi, Prof Dr HM Basri Wello MA, mengatakan, seorang Guru Besar harus memiliki kapasitas keilmuan dan kepakaran di bidangnya, serta menjaga citra Guru Besar dengan sikap profesional dan konsistensi dalam bidang ilmunya.

''Kalau memberikan pendapat dalam bidang ilmunya, maka pendapat tersebut harus dilandasi teori ilmu dalam bidang keilmuan atau kepakarannya. Sebaliknya, kalau memberikan pendapat di luar bidang ilmunya, maka Guru Besar bersangkutan harus mengatakan bahwa pendapat tersebut adalah pendapat pribadi dan kalau bisa cari atau temui ahlinya,'' tutur Basri.

Mantan Pembantu Rektor III dan Pembantu Rektor IV Universitas Negeri Makassar (UNM) itu juga menyampakan kepada para Guru Besar baru bahwa jabatan Guru Besar melekat sati kali 24 jam dan dimana pun berada.

''Anda harus siap dipanggil Pak Prof atau Bu Prof dimana pun dan kapan pun,'' kata Basri.

Pada upacara peringatan Hardiknas 2011 tersebut, juga diserahkan penggantian biaya cetak penulisan buku kepada 25 dosen Kopertis IX Sulawesi, serta pemberian penghargaan Satya Lencana Karya Satya kepada 30 dosen dan pegawai Kopertis IX Sulawesi, dan pemberian Surat Keputusan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) kepada dua orang CPNS Kopertis IX Sulawesi.

Koordinator Kopertis IX Sulawesi berharap para dosen menulis buku sesuai bidang ilmunya masing-masing, sehingga buku tersebut dapat dijadikan buku wajib mata kuliah atau rujukan utama bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah tertentu.


Pendidikan Karakter

Membacakan sambutan seragam Mendiknas, Basri Wello mengatakan mulai tahun ajaran 2011/2012, pendidikan berbasis karakter kita jadikan sebagai gerakan nasional, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi, termasuk di dalamnya pendidikan nonformal dan informal.

''Bersamaan dengan gerakan pendidikan berbasis karakter, sekaligus kita siapkan generasi Indonesia 2045, yaitu pada saat menyongsong 100 tahun Indonesia Merdeka,'' tuturnya.

Mendiknas Mohammad Nuh dalam sambutannya mengatakan, pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya sangat penting dan mutlak. Karakter yang ingin dibangun, bukan hanya karakter berbasis kemuliaan diri semata, akan tetapi secara bersamaan membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa.

''Karakter yang ingin bangun bukan hanya kesantunan, melainkan juga secara bersamaan kita bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi,'' papar Basri Wello membacakan sambutan Mendiknas. (asnawin)

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, kritik, dan saran-saran Anda di blog Majalah "Cerdas"]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar